KATA
PENGANTAR
Puji
serta syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kemampuan Manajerial”. Makalah ini juga di buat berdasarkan tugas dari
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada teman serta sumber-sumber yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih juga kepada
Bapak dosen Ilmu Budaya Dasar, yaitu Bapak Heri Suprapto karena telah memberikan saya kesempatan
untuk membuat makalah ini.
Karena
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, saya menyadari makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan para pembaca dapat memaklumi
setiap kekurangan dalam makalah ini.
Terima
kasih, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan juga kita
semua.
Depok, 14 Oktober 2012
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
Peran
manajer dalam organisasi sangat menentukan efektivitas organisasi. Efektif di
sini artinya manajer menjalankan pekerjaan yang benar, sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Untuk mencapai efektivitas organisasi, kegiatan/
fungsi manajer mengarah pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian. Seberapa jauh organisasi mencapai tujuan tergantung pada kinerja
manajernya, artinya bagaimana ia menjalankan kegiatan/ fungsinya.
Kotter
dan Hesket (1997) mengatakan peranan manajer sangat penting. Mereka mengatakan
bahwa ketika anggota organisasi merasa tidak perlu ada perubahan, maka seorang
manajer dengan visi yang jelas dan gaya komunikasi yang baik dapat menciptakan
kebutuhan akan perubahan untuk kemajuan perusahaan. Barney (dalam Javidan 1998)
menyebutkan salah satu sumber daya organisasi adalah budaya dan reputasi.
Secara
konseptual bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu
dalam organisasi adalah karena adanya kesamaan persepsi. Persepsi ini
didasarkan pada dugaan bahwa cara beradaptasi dan menyesuaikan diri individu
dengan lingkungan kerjanya kan lebih baik bila nilai-nilai yang terdapat dalam
organisasi sesuai harapan setiap invidu.
Budaya
organisasi mempengaruhi sejumlah keluaran seperti kinerja suatu organisasi.
Kotter dan Hesket (1997) menemukan bahwa perusahaan dengan budaya yang
mementingkan pelanggan, pemegang saham dan karyawan berkinerja lebih baik
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut.
Mengingat
pentingnya kinerja manajerial dalam mencapai tujuan organisasi dan terbatasnya
penelitian mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja manajerial,
maka saya membuat makalah ini.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja manajer
- Dimensi apa saja yang ada dalam budaya organisasi
TUJUAN
- Untuk menambah wawasan khususnya yang berkaitan dengan budaya organisasi.
- Untuk mengetahui sejauh mana peran budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja manajer.
- Untuk mengetahui bagaimana cara organisasi dalam mengelola budaya organisasi agar tujuan perusahaan tercapai.
2.
BAB II
KINERJA
MANAJERIAL
Manajer
bekerja melalui orang lain. Istilah “orang” di sini bukan saja bawahan dan
supervisor, tetapi juga manajer lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Pengertian “orang” juga mencakup individu-individu di luar organisasi, seperti:
pelanggan, pemasok, dan sebagainya. Orang-orang ini dan yang lainnya
menyediakan barang dan jasa bagi organisasi atau menggunakan produk atau jasa
yang di hasilkan organisasi. Dengan demikian para manajer bekerja dengan siapa
saja pada setiap tingkat baik didalam maupun di luar organisasi yang dapat
membantunya dalam mencapai tujuan organisasi.
Tujuan
para manajer dalam setiap organisasi ialah menciptakan perilaku yang
dikoordinasikan sehingga organisasi tersebut dinilai efektif oleh mereka yang
mengevaluasi hasilnya. Untuk mencapai efektivitas organisasi, fungsi manajer
diarahkan pada kegiatan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian. Perencanaan memungkinkan manajer menetapkan prosedur terbaik untuk
mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan kegiatan
merancang dan mengembangkan organisasi agar dapat menjalankan apa yang telah
direncanakan.
Seberapa
jauh sebuah organisasi mencapai tujuan, tergantung pada kinerja manajer dalam organisasi
tersebut, artinya bagaimana dia menjalankan kegiatan/ fungsinya. Namun untuk
mencapai kinerja yang baik kemampuan seorang manajer semata-mata tidaklah
cukup. Diperlukan sumber daya organisasi yang lain agar kinerja seorang manajer
menjadi baik yang pada giliranya akan mempengaruhi pencapaian tujuan
organisasi.
Berdasarkan
uraian diatas, terlihat bahwa kinerja manajerial dipengaruhi oleh sumber daya
organisasi termasuk juga pengaruh budaya organisasi.
BUDAYA
ORGANISASI
Budaya
(culture) telah didefinisikan dengan berbagai cara dan masih sedikit
kesepakatan mengenai definisi yang tepat (Pratt dan Beaulieu, 1992). Budaya
merupakan sekumpulan nilai-nilai, kepercayaan dan norma yang dirasakan bersama
(Umiker, 1999). Budaya selalu merupakan suatu perwujudan bersama, karena budaya
setidak-tidaknya dirasakan sebagian orang yang hidup atau tinggal pada
lingkungan social yang sama, dimana budaya dipelajari, yang membedakanya dengan
orang di luar lingkunganya (Hofstede, 1997).
Manifestasi
budaya dibagi dalam empat kategori (Hofstede 1990;1997) yaitu, symbols, heroes, rituals, dan value. Symbols adalah kata-kata,
isyarat, gambar, atau benda yang membawa arti khusus dalam budaya. Heroes adalah orang-orang baik yang hidup
atau telah meninggal, nyata atau imajiner, mempunyai karakteristik yang
bernilai tinggi dalam budaya dan sekaligus diperlakukan sebagai panutan dalam
berperilaku. Rituals adalah kegiatan
bersama yang secara teknis berebih-lebihan namun secara sosial penting dalam
budaya. Symbols, heroes dan rituals digolongkan
dalam istilah practices, karena
ketiganya kelihatan oleh pengamat/ pihak luar meskipun arti budayanya terletak
acara anggota mempersepsikanya. Inti dari budaya dibentuk oleh values. Values adalah perasaan yang
memiliki sisi positif dan negatif, yang terdiri dari baik dan jahat, cantik dan
buruk, normal dan abnormal, paradox dan logis rasional dan irasional
(perasaan-perasaan dibawah sadar dan jarang didiskusikan), mereka tidak dapat
diamati namun diwujudkan dalam sikap perilaku.
DEFINISI
BUDAYA ORGANISASI
Budaya
organisasi adalah nilai-nilai yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi
(sub unit organisasi) yang diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku dalam
organisasi (Pratt dan Beaulieu, 1992. Schein (1992) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai pola asumsi dasar (digali, ditemukan atau dibangun suatu
kelompok sebagai pembelajaran untuk menanggulangi masalah-masalah yang
berkaitan dengan adaptasi). Eksternal dan Integrasi internal yang telah bekerja
dengan baik untuk dianggap bernilai, oleh karena itu diajarkan kepada anggota
baru sebagai cara yag benar untuk mempersepsikan, memikirkan dan merasakanya
dalam hubunganya dengan masalah tersebut.
Selain
itu Kotter dan Hesket (1997) mengatakan bahwa budaya organisasi mempunyai dua
tingkatan yang berbeda dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanan mereka
terhadap perubahan. Pada tingkatan yang lebih dan kurang dalam terlihat, budaya
merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok-kelompok
dan cenderung bertahan sepanjang waktu meskipun anggota kelompok telah berubah.
Pada tingkatan yang lebih terliha, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku
suatu organisasi sehingga karyawan baru secara otomatis terdorong untuk
mengikuti perilaku sejawatnya (norma perilaku kelompok).
Melalui
uraian di atas, terlihat walaupun terdapat berbagai definisi budaya organisasi
namun terlihat terdapat pengakuan akan pentingnya norma bersama dan nilai-nilai
yang membimbing perilaku anggota organisasi.
Budaya
organisasi memiliki beberapa karekteristik (Luthan, 1998) seperti dibawah ini:
a.
Observed behavioral regulities, ketika anggota organisasi berinteraksi dengan yang
lainnya, mereka menggunakan bahasa yang umum, terminology dan ritual yang
berhubungan dengan rasa hormat dan cara bertindak.
b.
Norms, pedoman
perilaku termasuk petunjuk bagaimana pekerjaan dilakukan.
c.
Dominant values, terdapat nilai-nilai utama yang dianjurkan organisasi dan diharapkan
dirasakan bersama para anggota. Misalnya kualitas produk, tingkat kehadiran (low absenteeism) dan efisiensi.
d.
Phisolopy, terdapat
kebijakan yang mengatur keyakinan organisasi tentang bagaimana pegawai atau
pelanggan diperlakukan.
e.
Rules, terdapat
petunjuk ketat/teliti yang berhubungan dengan kelangsungan keanggotaan
organisasi.
f.
Organizational climate, ini merupakan keseluruhan perasaan yang dibawa dengan
kesiapan jasmani, cara anggota organisasi berinteraksi dan berperilaku diantara
mereka dan dengan pelanggan atau pihak luar lainnya.
DIMENSI BUDAYA ORGANISASI
Budaya
organisasi meresap dalam kehidupan organisasi dan selanjutnya mempengaruhi
setiap aspek kehidupan organisasi (Saffold, 1988). Oleh karena itu, budaya
organisasi berpengaruh sangat besar pada aspek-aspek fundamental dari kinerja
organisasi (Gardner, 1999). Jika budaya organisasi merupakan aspek penting
dalam meningkatkan kinerja maka budaya organisasi harus dikelola dengan baik.
Untuk dapat mengelola dengan baik diperlukan pengertian yang jelas dan
perhatian terhadap budaya organisasi.
Menurut
Denison (2000) untuk menggunakan budaya organisasi sebagai kunci pengungkit
perubahan organisasi dalam meningkatkan kinerja terdapat tiga pendekatan:
Pertama membuat manajer sadar akan bukti-bukti yang menghubungkan budaya dan
kinerja; Kedua membantu mereka mengerti pengaruh yang kuat, baik positif maupun
negatife dari budaya; dan Ketiga, mendiskusikan budaya menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti manajer dan cepat dihubungkan dengan perilaku mereka sendiri.
Denison
(1990;2000) mengembangkan model budaya organisasi yang berakar pada penelitian
tentang bagaimana budaya mempengaruhi kinerja organisasi, dan di fokuskan pada
sifat-sifat budaya yang mempunyai pengaruh kunci pada kinerja bisnis. Model
budaya organisasi tersebut didasarkan pada empat sifat budaya yaitu: involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi). Keempat dimensi budaya
organisasi ini telah terbukti mempengaruhi kinerja organisasi sehingga diduga
mempengaruhi kinerja manajerial juga.
Pemilihan
modal budaya Denison dalam penelitian karena dirasa lebih sesuai dengan
kebutuhan praktis. Menurut Denison (1990) model budaya organisasi dengan
keempat dimensinya mencerminkan pandangan akademik dan konsultan dan biasanya
melibatkan kolaborasi yang erat dengan manajer dan organisasinya.
Berikut
ini diuraikan empat dimensi budaya organisasi menurut Denison:
Keterlibatan.
Organisasi yang efektif memberdayakan
orang-orangnya, membangun organisasi dalam tim, dan mengembangkan kemampuan SDM
pada semua level. Anggota-anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap
pekerjaannya dan merasa mempunyai sedikit andil dalam organisasi. Orang-orang
pada semua tingkatan merasa bahwa mereka sedikitnya mempunyai input terhadap
keputusan-keputusan yang berakibat pada pekerjaanya dan merasa pekerjaanya
berhubungan langsung dengan tujuan organisasi. Indicator keterlibatan adalah
pemberdayaan, orientasi tim, dan pengembangan kemampuan.
Keterlibatan
dalam hubungan antara budaya dan efektivitas bukanlah hal baru karena telah
banyak literatur perilaku organisasi yang membahasnya. Gagasan pokoknya adalah
efektivitas organisasi merupakan fungsi dari tingkat keterlibatan dan
partisipasi para anggota organisasi. Konsep ini mengemukakan bahwa tingkat
keterlibatan dan partisipasi yang tinggi menciptakan kesadaran akan kepemilikan
(sense of ownership) dan tanggung
jawab. Dari kesadaran ini timbul komitmen yang lebih besar pada organisasi dan
kebutuhan yang lebih sedikit akan sistem kontrol yang ketat.
Dimensi
keterlibatan yang membuat nilai-nilai orientasi tim, meningkatkan pemberdayaan
anggota dan pengembangan kemampuan telah terbukti berpengaruh terhadap kinerja
organisasi secara keseluruhan termasuk juga kinerja para manajer tentunya.
Budaya organisasi yang membuat dimensi keterlibatan memampukan manajer
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hipotesis: Terdapat pengaruhpositif yang signifikan antara dimensi keterlibatan
dalam budaya organisasi terhadap kinerja manajerial.
Konsistensi. Penelitian menunjukan efektivitas organisasi terjadi
karena organisasi tersebut konsistensi dan terintegrasi secara baik. Sikap
perilaku seseorang berakar pada sekumpulan nilai-nilai inti bersama, para
pemimpin, dan anggota dilatih pada pencapaian kesepakatan (walaupun mereka
mempunyai perbedaan sudut pandang). Organisasi dengan sifat-sifat seperti ini
mempunyai budaya yang khusus dan kuat yang secara signifikan mempengaruhi sikap
perilaku anggota pada kemampuan mereka dalam mencapai kesepakatan dan melakukan
tindakan-tindakan terkoordinasi.
Indikator
konsistensi adalah nilai-nilai inti, kesepakatan, koordinasi, dan integrasi.
Dalam konteks organisasi koordinasi dan integrasi antar unit / divisi sering
merupakan hal yang sulit untuk dilaksanakan. Masing-masing unit sering merasa
tidak peduli dengan yang lain dalam arti lebih mementingkan kebutuhan unitnya
masing-masing tanpa memperhatikan kepentingan organisasi secara keseluruhan.
Hipotesis: Terdapat pengaruh postif yang
signifikan antara dimensi konsistensi dalam budaya organisasi terhadap kinerja
manajerial.
Adaptabilitas. Organisasi yang telah
terinterasi dengan baik sering sangat sulit untuk dirubah. Integrasi kedalam
dan adaptasi keluar dapat menjadi rintangan. Organisasi yang dapat beradaptasi
digerakkan oleh pelangganya, mengambil resiko dan belajar dari kesalahanya, dan
mempunyai kemampuan serta pengalaman untuk menciptakan perubahan. Mereka terus-menerus
meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai yang berharga bagi
pelangganya. Organisasi yang memiliki ciri tersebut dikatakan sebagai
organisasi yang memiliki adaptabilitas karena indikator adaptabilitas adalah
kemampuan menciptakan perubahan, fokus pada pelanggan, kemampuan organisasi
untuk belajar.
Budaya
yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan, akan diasosiasikan dengan kinerja yang superior dalam periode waktu
yang panjang. Budaya yang demikian disebut budaya adatif yang membantu
perusahaan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah dengan memungkinkanya
mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang-peluang baru. Para anggota percaya
bahwa mereka dapat menata secara efektif masalah baru dan peluang yang mereka
temui serta siap menanggung resiko.
Buday
yang tidak adaptif biasanya sangat birokratis. Orang-orangnya reaktif, menolak resiko
dan sangat tidak kreatif. Budaya, baik adaptif maupun tidak adaptif sangat
mempengaruhi manajer dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial. Ternyata masalah
kunci organisasi terletak pada ketidakmampuan organisasi melakukan adaptasi.
Dalam
budaya adaptif manajer sangat peduli pada pelanggan, pemegang saham dan
karyawan. Mereka sangat menghormati orang dan proses yang dapat menciptakan
perubahan yang bermanfaat bahkan memprakarsai perubahan bila dibutuhkan
walaupun menuntut pengambilan resiko.
Hipotesis: terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara dimensi adaptabilitas dalam budaya organisasi terhadap
kinerja manajerial.
Misi. Mungkin sifat budaya yang paling
penting adalah misi. Organisasi yang berhasil mempunyai arah dan tujuan yang
jelas didefinisikan dalam tujuan organisasi dan sasaran strategis dan tercermin
dalam visi tentang akan bagaimana organisasi dimasa depan. Jika visi
menggambarkan aspirasi organisasi dan akan menjadi seperti apa, maka misi
menggambarkan organisasi dalam melakukan usaha, melayani pelanggan dan keahlian
yang perlu dikembangkan untuk mencapai visi organisasi. Indikator misi adalah
arah dan intensi strategis, tujuan dan sasaran, visi.
Perusahaan
yang dapat hidup dan berkembang adalah perusahaan yang memiliki misi yang
memuat hubungan yang seimbang antara para stakeholder dari perusahaan: (1)
Investor dan stockholder (2) pemasok/supplier (3) manajer dan pegawai (4)
masyarakat dan pemerintah (5) pelanggan.
Adanya
tujuan dan sasaran organisasi yang berasal dari misi memberi arah pada manajer
dalam membuat strategi yang tepat untuk mencapainya. Langkah yang dilakukan
seorang manajer dapat berupa mengkomunikasikan tujuan dan sasaran organisasi,
menciptakan perasaan bersama akan tugas yang harus dikerjakan untuk
mencapainya. Apabila komunikasi telah berhasil dengan baik, maka anggota
organisasi mempunyai kejelasan arah dan tujuan. Ada bukti yang meyakinkan bahwa
kesuksesan kemungkinan besar terjadi ketika indvidu mempunyai tujuan terarah.
Hipotesis: Terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara dimensi misi dalam budaya organisasi terhadap kinerja
manajerial
Dimana
dimensi-dimensi budaya organisasi yaitu keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas
dan misi merupakan variabel independen, sedangkan kinerja manajerial merupakan
variabel independen.
BAB III
KESIMPULAN
Kemampuan manajerial sangat di pengaruhi oleh budaya organisasi. Dengan berpedoman pada budaya organisasi, para manajer akan dapat mengatur suatu organisasi dengan baik. Manajer bekerja dengan siapa
saja pada setiap tingkat baik didalam maupun di luar organisasi yang dapat
membantunya dalam mencapai tujuan organisasi. Tujuan
para manajer dalam setiap organisasi ialah menciptakan perilaku yang
dikoordinasikan sehingga organisasi tersebut dinilai efektif oleh mereka yang
mengevaluasi hasilnya.
Budaya
organisasi adalah nilai-nilai yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi
(sub unit organisasi) yang diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku dalam
organisasi (Pratt dan Beaulieu, 1992. Schein (1992) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai pola asumsi dasar (digali, ditemukan atau dibangun suatu
kelompok sebagai pembelajaran untuk menanggulangi masalah-masalah yang
berkaitan dengan adaptasi).
PENUTUP
Demikian isi dari makalah ini. saya tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya sumber. Maka saya mengharapkan pembaca dapat memaklumi kekurangan dalam makalah ini.
Saya mengaharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Semoga untuk penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan saya sendiri tentunya.
Artikelnya bagusss...
BalasHapusSekedar ingin berbagi aja, barangkali bisa menambah sedikit referensi mengenai Pengaruh Lingkungan Terhadap Perusahaan (General Business Environment)
Klik --> Makalah Lingkungan Budaya Terhadap KFC di Indonesia
Terimakasih masukkannya :) salam kenal :)
Hapus