Kemacetan ini menyebabkan budaya baru di Jakarta, yaitu
budaya “Ngaret”. Maksud dari budaya ini
adalah kebanyakan warga Jakarta tidak tepat waktu jika datang pada suatu janji.
Mereka terjebak kemacetan sehingga mereka tidak dapat datang tepat waktu. Dan hal
ini tidak dialami hanya pada beberapa warga masyarakat, tetapi sebagian besar
warga Jakarta mengalami hal ini.
Jadi, sekarang keterlambatan ini menjadi suatu budaya baru
yang terbentuk dari perilaku sehari-hari manusia. Di Jakarta untuk menentukan
waktu bukan lah dengan menghitung jarak jauh dekatnya suatu tempat yang akan di
kunjungi, tetapi di lihat dari kemacetan yang akan mereka alami.
Sudah seharusnya warga Jakarta dapat memperhitungkan waktu
yang akan di tempuhnya dengan menghitung kemacetan yang akan mereka alami. Ini adalah
satu-satunya cara untuk menghentikan budaya “Ngaret” tersebut, mengingat
kemacetan Jakarta sangat sulit untuk diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar